Jumat, 31 Mei 2013

Rizal Ramli: Saya Sedih, Ibu dan Anak Berpisah Karena Jadi TKW

[RR1-online]
RIZAL Ramli mengaku sangat sedih saat mengetahui ibu-ibu harus berpisah dengan anak dan suaminya karena pergi ke luar negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita).

“Ini tidak boleh berlangsung terus. Jika saya menjadi presiden, insyaAllah dalam lima tahun kita akan  mengejar Malaysia. Lapangan pekerjaan akan banyak terbuka lebar. Rakyat Indonesia akan jauh lebih sejahtera,” tegas calon presiden alternatif versi The President Center, DR Rizal Ramli, pada acara diskusi bertajuk ‘Hitam Putih Capres 2014’; Siapa Pantas Siapa Tidak? yang digelar oleh Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), di Taman Ismail Marzuki (TIM), Kamis (9/5/2013).

Apa yang dikatakan oleh Rizal Ramli tersebut bukanlah semata janji, tetapi merupakan bagian dari kompetensi pengalaman dan kondisi kapasitas dirinya yang selain pernah menjabat Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian  di era Presiden Gusdur, juga saat ini Rizal Ramli adalah Penasehat Ekonomi dunia di PBB.

Dikatakannya, banyaknya kisah pilu yang membelit para TKW dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri, memang sudah semestinya dihentikan segera. Nasib para pahlawan devisa yang telah menggelontor miliaran dolar setiap tahun ke dalam negeri, ternyata masih saja menyedihkan dan memprihatinkan.

Menjelang berangkat, mereka harus menjual sawah, ternak atau sisa harta lainnya agar bisa menyetor sejumlah dana yang lumayan besar.  Sambil menunggu diberangkatkan ke luar negeri, mereka tinggal di penampungan-penampungan perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang umumnya jauh dari layak.

Namun ketika di luar negeri, para pahlawan keluarga tersebut ternyata tak jarang  menerima perlakuan yang menyakitkan. Pelecehan, siksaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mereka tidak menerima gaji. Mereka diperlakukan bagai budak belian yang berpindah tangan dari satu majikan ke majikan lainnya.

Saatnya pulang yang amat ditunggu-tunggu pun, malah bukan akhir dari penderitaan. Di bandara khusus TKI, mereka diperas oleh para oknum aparat yang digaji rakyat dengan tugas seharusnya melayani dan melindungi mereka. Begitu keluar ke halaman parkir bandara, para calo dan preman siap 'menyantap' mereka. Tidak jarang para buruh migran ini sampai di rumah dengan tangan hampa. Uang dan barang bawaan habis dijarah. Syukur-syukur jika bisa sampai di rumah dengan selamat pun sepertinya sudah menjadi 'anugrah'.

“Semua penderitaan itu terjadi karena pemimpin Indonesia tidak memiliki visi dan karakter yang tegas. Kita tidak ingin hal ini terus terjadi. Dengan visi yang jelas dan karakter yang tegas, insya Allah saya akan membawa bangsa Indonesia digdaya dan disegani di Asia. Dalam lima tahun, dengan izin Allah dan pertolongan teman-teman sekalian, saya akan bawa rakyat Indonesia menjadi jauh lebih sejahtera, bahkan mengalahkan Malaysia,” tegas Rizal Ramli.

Menurut dia, mengalahkan Malaysia di sini bukanlah pada jumlah gedung bertingkat. Jakarta memiliki gedung bertingkat lebih banyak dan lebih bagus dibandingkan Malaysia. Jumlah orang kaya Indonesia juga lebih banyak daripada Malaysia. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, lebih tinggi dibandingkan Malaysia.

"Yang saya maksudkan mengalahkan Malaysia adalah soal kesejahteraan rakyatnya. Upah buruh kita hanya sepertiga daripada upah buruh Malaysia. Tingkat kesejahteraan rakyat kita hanya nomor lima di ASEAN. Saat ini cuma sekitar 20% rakyat Indonesia yang bisa menikmati berkah kemerdekaan. Sisanya yang 80% masih terperangkap dalam kemiskinan dan kebodohan. Inilah yang akan kita kejar. Insya-Allah, dalam lima tahun kita bisa mengalahkan Malaysia,” urainya.

Di sisi lain, Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini mengakui memang tidak bisa serta-merta menghentikan pengiriman TKI dan TKW ke luar negeri. Namun dia bertekad akan membuka lapangan kerja seluar-luasnya di dalam negeri. Ditambah peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi 3 hingga 4 kali lipat dibanding sekarang, dengan sendirinya pengiriman buruh migran ke luar negeri akan jauh berurang, bahkan terhenti dengan sendirinya.>edy/ams

Bisa-bisa SBY hanya Jadi Catatan Kaki dalam Sejarah Indonesia

[RR1-online]
SETIAP kepala negara maupun kepala daerah di Indonesia, pasti akan meninggalkan legacy atau warisan yang bisa diingat rakyat sepanjang masa. Lalu, kira-kira apa legacy yang akan ditinggalkan SBY kepada bangsa Indonesia? Pertanyaan ini tidak hanya sering dilontarkan oleh para ahli dan pengamat sosial dari dalam dan luar negeri, tetapi masyarakat awam pun acapkali mencari-cari hal istimewa seperti apa gerangan yang akan ditinggalkan oleh SBY ketika tidak lagi menjadi presiden?

“Pertanyaan ini sangat sulit dijawab karena pencitraan yang jadi model SBY tidak akan menghasilkan legacy apa-apa. Pencitraan tidak original, penuh topeng kepalsuan dan lipstik rekayasa,” ujar Ketua Aliansi Rakyat Untuk Perubahan (ARUP), DR. Rizal Ramli, kepada Harian Kedaulatan Rakyat di gedung Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, Sabtu (30/3/2013).

Menteri Kordinator Bidang Perkonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) ini mengatakan, setelah 9 tahun berkuasa tidak ada legacy yang ditinggalkan SBY kepada rakyat Indonesia.

Diakuinya, pertumbuhan ekonomi di pemerintahan SBY memang lumayan bagus, rata-rata mencapai 6 persen. Namun, hal itu tercapai terutama karena akibat adanya kenaikan harga komoditi yang terjadi secara terus-menerus selama 10 tahun terakhir. Jika tidak tergenjot dengan kenaikan harga ini maka angka pertumbuhan ekonomi kita hanya sekitar 4 persen saja.

Rizal Ramli mengungkapkan, memang betul 5 persen kelas atas di Indonesia semakin makmur dan kaya. Bahkan 2,5 persennya sangat luar biasa kaya. Tetapi, 80 persen rakyat Indonesia dari sisi kesejahteraan masih bermasalah. Daya beli masyarakat semakin merosot karena banyaknya pengangguran dan harga pangan yang meloncat luar biasa tinggi.

Penasehat Ekonomi PBB ini juga menguraikan, bahwa jika menggunakan index pembangunan manusia (human development index) yang dikeluarkan oleh PBB, menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan Indonesia paling rendah di Asean, berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

Dalam konteks perkembangan demokrasi, jejak legacy SBY juga tidak ada. Santri Gus Dur yang dijuluki Gus Romli ini juga menilai, SBY telah membiarkan demokrasi prosedural menjadi demokrasi kriminal. Bahkan membiarkan menteri dan kaderkader partai binaannya menjadi pelaku uta-ma korupsi di Indonesia.
Dari segi perlindungan terhadap manusia dan hak-hak minoritas juga sama. Pemerintah SBY nampak menutup mata terhadap berbagai pelanggaran hak-hak warga negara dan minoritas.

Dengan prestasi seperti itu Rizal Ramli mengaku bisa paham dan menilai wajar jika para ahli kuatir puluhan tahun ke depan SBY hanya dianggap sebagai footnote (catatan kaki) dalam sejarah Indonesia.

Untuk itu sebagai kawan lama sekaligus selaku anak bangsa, dirinya merasa perlu mengingatkan SBY untuk segera melakukan perubahan total dalam cara memimpin dan mengelola pola pemerintah serta tidak lagi membohongi rakyat.

“Sayang kalau Mas Bambang (SBY) hanya jadi sekadar catatan kaki dalam sejarah Indonesia. Masih ada 1,5 tahun lagi untuk melakukan langkah besar untuk mengelola pemerintahan dengan benar dan baik,” tutur Rizal Ramli.

Rizal Ramli pun mengurai kembali, setiap Presiden Indonesia meninggalkan legacy atau warisan yang diingat rakyat. Presiden RI pertama, Soekarno, dikenal sebagai proklamator dan pendobrak sekaligus pembebas Indonesia dari kolonialisme. Soekarno juga meninggalkan warisan Pancasila sebagai pegangan ideologis berbangsa dan bernegara.

Presiden RI kedua, Soeharto, meski melakukan banyak pelanggaran HAM, berlaku otoriter dan tidak demokratis, dikenal sebagai Bapak Pembangunan. Sementara presiden berikutnya, BJ Habibie, memanfaatkan gelombang reformasi untuk memantapkan demokrasi dan memulai sejarah kebebasan pers di Indonesia.

Adapun Gus Dur, dalam masa jabatannya yang meski pendek, tetapi meninggalkan legacy pluralisme dan humanisme. Sedangkan pengganti Gus Dur, yakni Megawati Soekarnoputri, terkenal sebagai presiden perempuan pertama di Indonesia yang tak henti-hentinya melakukan perjuangan dalam menegakkan demokrasi di tanah air.>nt/ams