[RR1-online]
RIZAL Ramli mengaku sangat sedih saat mengetahui ibu-ibu harus berpisah dengan anak dan suaminya karena pergi ke luar negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita).
RIZAL Ramli mengaku sangat sedih saat mengetahui ibu-ibu harus berpisah dengan anak dan suaminya karena pergi ke luar negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita).
“Ini tidak boleh berlangsung terus. Jika saya menjadi presiden, insyaAllah dalam lima tahun kita akan mengejar Malaysia. Lapangan pekerjaan akan banyak terbuka lebar. Rakyat Indonesia akan jauh lebih sejahtera,” tegas calon presiden alternatif versi The President Center, DR Rizal Ramli, pada acara diskusi bertajuk ‘Hitam Putih Capres 2014’; Siapa Pantas Siapa Tidak? yang digelar oleh Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), di Taman Ismail Marzuki (TIM), Kamis (9/5/2013).
Apa yang dikatakan oleh Rizal Ramli tersebut bukanlah semata janji, tetapi merupakan bagian dari kompetensi pengalaman dan kondisi kapasitas dirinya yang selain pernah menjabat Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Gusdur, juga saat ini Rizal Ramli adalah Penasehat Ekonomi dunia di PBB.
Dikatakannya, banyaknya kisah pilu yang membelit para TKW dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri, memang sudah semestinya dihentikan segera. Nasib para pahlawan devisa yang telah menggelontor miliaran dolar setiap tahun ke dalam negeri, ternyata masih saja menyedihkan dan memprihatinkan.
Menjelang berangkat, mereka harus menjual sawah, ternak atau sisa harta lainnya agar bisa menyetor sejumlah dana yang lumayan besar. Sambil menunggu diberangkatkan ke luar negeri, mereka tinggal di penampungan-penampungan perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang umumnya jauh dari layak.
Namun ketika di luar negeri, para pahlawan keluarga tersebut ternyata tak jarang menerima perlakuan yang menyakitkan. Pelecehan, siksaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mereka tidak menerima gaji. Mereka diperlakukan bagai budak belian yang berpindah tangan dari satu majikan ke majikan lainnya.
Saatnya pulang yang amat ditunggu-tunggu pun, malah bukan akhir dari penderitaan. Di bandara khusus TKI, mereka diperas oleh para oknum aparat yang digaji rakyat dengan tugas seharusnya melayani dan melindungi mereka. Begitu keluar ke halaman parkir bandara, para calo dan preman siap 'menyantap' mereka. Tidak jarang para buruh migran ini sampai di rumah dengan tangan hampa. Uang dan barang bawaan habis dijarah. Syukur-syukur jika bisa sampai di rumah dengan selamat pun sepertinya sudah menjadi 'anugrah'.
“Semua penderitaan itu terjadi karena pemimpin Indonesia tidak memiliki visi dan karakter yang tegas. Kita tidak ingin hal ini terus terjadi. Dengan visi yang jelas dan karakter yang tegas, insya Allah saya akan membawa bangsa Indonesia digdaya dan disegani di Asia. Dalam lima tahun, dengan izin Allah dan pertolongan teman-teman sekalian, saya akan bawa rakyat Indonesia menjadi jauh lebih sejahtera, bahkan mengalahkan Malaysia,” tegas Rizal Ramli.
Menurut dia, mengalahkan Malaysia di sini bukanlah pada jumlah gedung bertingkat. Jakarta memiliki gedung bertingkat lebih banyak dan lebih bagus dibandingkan Malaysia. Jumlah orang kaya Indonesia juga lebih banyak daripada Malaysia. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, lebih tinggi dibandingkan Malaysia.
"Yang saya maksudkan mengalahkan Malaysia adalah soal kesejahteraan rakyatnya. Upah buruh kita hanya sepertiga daripada upah buruh Malaysia. Tingkat kesejahteraan rakyat kita hanya nomor lima di ASEAN. Saat ini cuma sekitar 20% rakyat Indonesia yang bisa menikmati berkah kemerdekaan. Sisanya yang 80% masih terperangkap dalam kemiskinan dan kebodohan. Inilah yang akan kita kejar. Insya-Allah, dalam lima tahun kita bisa mengalahkan Malaysia,” urainya.
Di sisi lain, Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini mengakui memang tidak bisa serta-merta menghentikan pengiriman TKI dan TKW ke luar negeri. Namun dia bertekad akan membuka lapangan kerja seluar-luasnya di dalam negeri. Ditambah peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi 3 hingga 4 kali lipat dibanding sekarang, dengan sendirinya pengiriman buruh migran ke luar negeri akan jauh berurang, bahkan terhenti dengan sendirinya.>edy/ams